Makanan Misterius itu Bernama Kimchi




Assalamualaikum. Readers, kalau kalian pernah menonton drama Korea maka tidak akan asing dengan makanan khasnya yang bernama kimchi. Warna merahnya yang menggoda pasti akan membuat siapapun ngiler.


Yeah, warna itu yang membuat imajinasi melambung dengan berbagai ekspektasi. Sampai suatu hari mamaku diberi oleh-oleh kimchi dari temannya. Saat itulah aku merasakan asam pedasnya kimchi dengan perasaan yang, bukan kecewa sih, tapi agak meh. Gak sesuai sama sekali dengan bayangan.

Lidahku merasakan asam sawi putih yang parah, bercampur dengan kuah merah yang asam pedas, plus bau khas amis ikan bercampur bau basinya sayuran. Saat itu aku langsung berpikir, "Kok mereka doyan ginian ya?"

Tak mau kecewa, aku coba berbagai macam cara. Aku coba makan nasi hanya dengan kimchi, aku masak mie goreng dengan topping kimchi, dan lain-lain. Sambil makan sambil aku berpikir dimana enaknya?



Sampai akhirnya tanpa sadar sudah habis, dan setelah sekian lama aku timbul rasa kangen dengan asam pedas amisnya. Ngapain coba kangen sama makanan yang rasanya asam nggak karuan?

Akhirnya aku bikin sendiri, dengan bahan-bahan lokal (termasuk bubuk cabenya). Dengan harapan bisa membuat kimchi sesuai bayanganku selama ini..

Awalnya aku agak bingung..

Sebab kimchi itu seperti rendang, yang ada ratusan resepnya. Bahkan setiap keluarga punya resep mereka masing-masing yang diwariskan turun temurun. Tapi aku akhirnya menemukan yang paling umum, yaitu baechu kimchi (kimchi sawi putih) dengan lobak dan wortel.

Kimchi kuncinya ada di pasta tepung berasnya yang seperti bubur sumsum tapi lebih padat lagi. Setelah dicampur bawang putih, gula garam, saus tiram, dsb. Meski nggak merah seperti aslinya, aku yakin pastanya sudah enak, dan mencampur semua sayur kemudian menyimpannya selama 2 hari.

Tapi apa yang terjadi!


Asem juga!

Endingnya rasanya sama aja seperti kimchi pertama yang aku makan. Rasanya tetap saja asam, pedas, tapi kurang bau amis. Percobaan pertamaku memang rasanya belum mendekati aslinya, tapi akhirnya aku makan juga sampai habis (sambil berpikir juga).

Sekarang ini aku sudah melakukan belasan kali percobaan membuat kimchi. Usaha pemberian rasa apapun ke pastanya dijamin hasilnya asam-asam juga. Tapi entah kenapa akhirnya makananan ini menjadi salah satu kesukaanku.

Dari sekian banyak percobaanku, aku menyimpulkan:
  • Keawetannya bergantung pada penggaraman, kalau pelit garam ya kimchinya tidak akan tahan lama meski disimpan di kulkas
  • Semakin manis pasta, maka semakin asam pula hasilnya
  • Rasa pedas akan berkurang saat sudah difermentasi
  • Kalau ingin pakai Boncabe, tidak bisa 100%. Harus 50-50 dan nggak terlalu pengaruh di rasa juga hasilnya
  • Setiap sayuran akan memberikan wangi dan rasa khasnya masing-masing, jadi harus dicoba sendiri
  • Menambahkan bahan ikan atau udang kering akan membuatnya jadi bau nggak enak, tapi rasa enaknya malah akan semakin keluar
  • Kimchi kondisi dingin kulkas entah kenapa lebih enak bagiku
Setelah rutin memakan kimchi aku merasa aneh. Yeah, rasanya yang super asam tidak bikin sakit lambung, dan aku belum pernah diare karena kimchi. Tapi kalau makan sambal ijo lezat buatan mama sesendok makan saja, aku langsung bolak-balik ke kamar mandi.

Kemudian aku yang terkadang sembelit, sangat merasa bersyukur karena BABnya jadi lancar seperti diberi pelumas. Mungkin inilah alasan kenapa mereka memakan kimchi sebagai makanan pembuka. Bakterinya akan membantu mencerna makanan.

Masih banyak eksperimen yang ingin aku lakukan dengan kimchi. Terutama untuk memasukan sayur-sayur lainnya. Tapi sejauh ini lobak putih menjadi pendamping favorit bagiku. Saat jadi kimchi teksturnya seperti apel atau pir, tapi dengan asam khasnya.

Bagi kalian yang suka kimchi, atau nyasar kesini karena ingin membuat kimchinya sendiri di rumah. Ayo tinggalkan cerita kalian di komentar.

Terimakasih.

Wassalamualaikum.
Bryan Suryanto Blogger

Bryan Suryanto lahir di Tulungagung, Jawa Timur, pada tanggal 27 Februari 1995 silam. Ia mengaku sebagai introvert berkepribadian INFP yang suka menggambar dan bercita-cita menjadi komikus tapi selalu gagal. Namun, dari naskah komik yang gagal itulah akhirnya ia menyadari bahwa menulis adalah passion terbesarnya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Monggo meninggalkan komentar..