Pengalaman Pertama Ikut Event Menulis Cerpen


Assalamualaikum. Jujur aku cuma bisa mangap ketika pertama kali ikut lomba di event menulis cerita (genrenya psikopat pula) dan kemudian dinobatkan menjadi juara ke-3. Aku nggak pernah punya ekspektasi untuk masuk 3 besar loh, tapi ya memang sih ada sedikit keyakinan untuk masuk 10 besar.

Awalnya aku diajak Ainuen, dan langsung menolak karena faktor genrenya (aku ini penakut sama hal sadis dan psikopat). Tapi setelah penolakan itu dilayangkan aku malah dapat ide untuk membuat cerita lawakan tentang anak culun yang belajar menjadi psikopat. Eh, nggak lama kemudian ide itu berubah jadi naskah mentah yang bikin pede ikut lomba.

Selama beberapa hari aku menggarap draft berjudul Arman dan Siska. Pada awalnya aku sampai melewatkan makan malam dan sarapan karena mual. Ketika mulai terbiasa, aku bingung apa yang harus ditulis? Masa cuma tusuk-tusukan pisau biasa?

Akhirnya karena merasa cukup kaku, aku pun menginstall game psychological horror thriller berjudul Manhunt 2. Sumpah, game itu memang bukan tentang hantu tapi serem banget. Dalam game itu aku jadi orang yang kabur dari rumah sakit jiwa. Terbayang kan, segala macam cara dihalalkan disana, termasuk saling membunuh.


Hal yang aku pelajari dari game itu adalah eksekusinya. Koridor becek darah, dan kepala yang pecah sudah biasa di game ini. Ada banyak alat yang bisa aku gunakan, mulai dari pecahan kaca hingga gergaji mesin. Tapi aku merasa bahwa palu dan tongkat baseball adalah yang paling keren.

Tapi tetap saja, tulisanku belum lengkap karena aku tidak paham apa asyiknya membunuh dan menyiksa bagi psikopat..

So aku akhirnya memainkan game bergenre black comedy berjudul Postal 2. Mungkin readers pernah mendengar ulasannya di TV sebagai game terkontroversial. Dari game konyol ini aku bisa merasakan enjoynya menyiksa orang, dan bisa mulai beradaptasi dengan darah. Yeah, kita diberi cukup banyak alat, dan dibebaskan untuk bereksperimen selama menjalankan misi.


Kita bisa membakar orang hidup-hidup, memenggal kepalanya dengan sekop, memutilasi tubuhnya dengan gergaji mesin, dsb. Ketika sedang menjalani misi membeli susu, aku jenuh disuruh mengantri untuk membayar, jadi aku bakar semua yang antri dan aku bisa bayar susunya. Gokil nggak tuh?

Setelah mengambil ilmu cukup banyak dari dua game sadis itu, aku merasa cukup dan mulai menulis. Kemudian ketika selesai, aku dibantu sama mbak Anggi Lutvika untuk penyuntingan. Terimakasih mbak! Setelah aku beri judul "The Romantic Devil" aku langsung kirim ke mbak Finy Arkana, sang penyelenggara.

Beberapa hari kemudian aku langsung mangap setelah pengumuman juara!

Sebenarnya yang berharga dari event ini bukanlah hadiahnya. Yeah, aku senang ceritaku akan dibukukan dan dapat sertifikat pertama kali. Tapi aku merasa lebih senang ketika bisa berkenalan dengan para penulis terpilih. Aku pernah bilang di artikel 2 bulan lalu bahwa FB harus penuh dengan teman sehobi agar bisa produktif.

Jujur awalnya aku mojok sendirian. Terbayang bahwa aku dikumpulkan sama orang-orang psikopat nan berhati dingin, dan aku sempat diabaikan waktu berkenalan (mungkin karena belum kenal jadi agak kaku), sehingga bayangan menyeramkan itu makin menjadi-jadi. Tapi semuanya patah setelah aku mulai bisa akrab.

Fyuh.. Semoga mereka bukan cuma acting, berpura-pura baik dan ramah, tapi menyimpan pisau di balik punggung.. Hiii.. *bergidik*

Yaah, semoga ini adalah awal hancurnya mental block yang selalu bikin aku takut ikut lomba..

Eh iya, rencananya aku mau debut di Wattpad (@bryansuryanto) dengan cerita original berjudul "Serigala Malam". Cerita ini akan sangat berkaitan dengan proyek menulisku yang lainnya termasuk Introvert Universe dan Mata Elang. Pokoknya doakan saja lancar, nanti kalian pasti kebagian tanda tanganku kok.. *Plaaakkk!*

Wassalamualaikum..
Bryan Suryanto Blogger

Bryan Suryanto lahir di Tulungagung, Jawa Timur, pada tanggal 27 Februari 1995 silam. Ia mengaku sebagai introvert berkepribadian INFP yang suka menggambar dan bercita-cita menjadi komikus tapi selalu gagal. Namun, dari naskah komik yang gagal itulah akhirnya ia menyadari bahwa menulis adalah passion terbesarnya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Monggo meninggalkan komentar..