Kritik Sinetron Indonesia




Hi readers, sebel gak sih waktu kita mau menonton acara yang kita suka selalu pupus karena Mami atau Tante mau menonton sinetron. Jujur aja, sinetron itu menyebalkan, tayang setiap hari dengan jalan cerita yang tidak ada habisnya, terlalu menyita waktu.

Biasanya jam tayang sinetron itu selalu bertepatan dengan acara bagus seperti Anime, Sepak Bola, Musik dan lain-lain. Sampai saat ini aku tidak pernah mengikuti serial Anime yang selalu ditonton temanku, yaitu Naruto, semua karena sinetron di sore hari. Okelah tidak masalah, aku mengalah untuk orang tuaku.
Pagi harinya, aku Twiboy, sudah jelas aku mau menonton Cherrybelle (kak Ryn dan kak Christy juga pastinya), tante malah siap-siap menonton sinetron pagi di Indosiar (T_T), masa harus bunuh tanteku dulu untuk nonton Chibi.
Minggu-minggu ini semakin mendekati jadwal "AFF Suzuki Cup" tapi aku gigit jari karena jamnya agak bertabrakan dengan sinetron Indosiar favorit Mami dan Tante. Ayolah, masa aku harus pinjam speaker Mushala dan teriak "AKU MAU NONTON TIMNAS!!"

Letak kesalahan utama dalam sinetron adalah:
- Jalan cerita terlalu dipanjang-panjangkan, dan mungkin juga tidak ada akhirnya, kadang juga menjiplak.
- Efek spesialnya tanggung, padahal banyak kok animator "INDONESIA" yang hebat untuk itu, bahkan pernah tergabung di film Hollywood.
- Artis yang berperan disitu tanggung, ayolah cari yang mukanya enak dilihat, pakai muka pribumi.
- Jam tayang yang menyita waktu, jam tayang pagi, sore, malam sampai larut (kapan waktuku), setiap hari pula.
- Soundtrack terlalu bagus, percuma lagu bagus kalau akhirnya cuma membawa kenangan buruk bagi pendengarnya karena dipakai sinetron. Kayak lagu "Brand New Day" contohnya.

Kapan ya produser-produser ini mau sadar? Capek juga kalau harus begini setiap hari. Seandainya orang itu sadar dan merubah kelima masalah diatas, pasti dunia persinetronan Indonesia akan lebih baik.

Sebenarnya ada beberapa acara yang bagus untuk dicontoh, seperti CCC II, konsepnya keren, harusnya diikuti acara lain. Kenyataannya masih sama, SCTV ikut membuat Putih Abu-Abu, awalnya aku fikir akan seperti CCC II, tapi ternyata tidak ada bedanya dengan sinetron RCTI, tetap aja dipanjang-panjangkan, anehnya malah Putih Abu-Abu yang menjadi trendsetter, tau sendiri lah acara apa lagi yang keluar sesudah itu.

Ada produser muda yang awalnya diharapkan bisa menggarap sinetron yang lebih waras, awalnya dia sukses membuat drama, dan ujungnya tidak jauh dengan produser yang udah tuirr. Kecewa deh, malu-malu dong sama negeri sebelah, lirik deh sinetron yang mereka garap, tak ada istilah tanggung. Berbicara tentang ini memang tidak ada habisnya, terlalu banyak kebobrokan Indonesia didalam bidang ini.

Di negeri ini banyak penulis muda yang menghasilkan novel berkualitas, jika demikian kenapa masih harus menjiplak Korea, Jepang, Amerika? Terbukti film nasional sukses karena mengadaptasi cerita novel, seperti Dealova, Perempuan Gila, dan Heart.
Aku berharap pada orang-orang yang punya dendam yang lebih dari ini akan memilih untuk menjadi produser yang lebih baik dari ini.

"Sinetron alay tidak akan berhenti selama masih ada penikmatnya.."

Bye readers, semoga para orang tua sadar, masih ada seorang anak didalam rumahnya.

Bryan Suryanto Blogger

Bryan Suryanto lahir di Tulungagung, Jawa Timur, pada tanggal 27 Februari 1995 silam. Ia mengaku sebagai introvert berkepribadian INFP yang suka menggambar dan bercita-cita menjadi komikus tapi selalu gagal. Namun, dari naskah komik yang gagal itulah akhirnya ia menyadari bahwa menulis adalah passion terbesarnya..

1 komentar:

Monggo meninggalkan komentar..