Ketika Game Mengajariku Tentang Hidup


Ilustrasi: Pixabay
Assalamualaikum. Readers, butuh waktu lama untuk merampungkan artikel ini. Game memang selalu dipandang negatif, dan pemainnya selalu kena cap sebagai pemalas. Tapi pernah nggak kalian menyadari bahwa ada hikmah yang bisa dipelajari dari sebuah game?

Super Mario jadi yang pertama mengajariku, soalnya aku terkenal payah dalam memainkan game ini. Aku bertanya, kenapa aku terus gagal? Sampai akhirnya aku pun sadar bahwa game ini mengajari kita tentang keserakahan.

New Super Mario Bros. 2 via IGN
Yeah, jika kita terlalu berusaha mengumpulkan koin kita bisa kehabisan waktu, atau malah tak menyadari adanya musuh dan jatuh ke lubang. Padahal tujuan utamanya adalah menyelamatkan Putri Peach, tapi kita sudah game over sebelum dapat mencapainya.

Fire Emblem: The Sacred Stones
Fire Emblem: The Sacred Stone adalah game strategi turn based yang ceritanya keren abis. Kita akan bermain sebagai pangeran dan putri yang menyelamatkan diri dari kerajaan ayahnya yang dikhianati oleh sekutunya. Nah, permainannya akan berlangsung mirip catur.

Saat dalam perjalanan jauh, jumlah musuh yang menghadang selalu tidak masuk akal, sedangkan anak buah kita hanya ada 3 sampai 5. Bahkan kalau sampai mati, mereka tidak akan hidup lagi (respawn). Sekali lagi: aku sering kalah.

Tapi kemudian aku mulai sadar, "Tak akan ada yang berubah kalau kita tidak berani berkorban!" karena itu aku kerap kali terpaksa mengorbankan anak buah supaya pangeran dan putri bisa selamat. Padahal aku udah sayang sama anak buah yang satu itu. Nggak tega, tapi harus..

Ilustrasi: Minecraft HQ
Kemudian Minecraft, siapa yang nggak tau game ini? Salah satu daya tarik game sandbox ini adalah kebebasan membangun apa saja dengan balok layaknya Lego. Tapi kebebasan tanpa batas yang tadinya exciting malah menjadi boring pada akhirnya. Kita hidup tanpa batasan aturan, serta bebas membangun apapun dan dimanapun.

Game ini mengajariku bahwa hidup tanpa adanya masalah, tantangan, dan drama itu membosankan. Mungkin karena itulah Mojang memproduksi Minecraft Story Mode, supaya game ini menjadi nggak boring.

Mungkin daripada Minecraft aku lebih sering main The Sims 2. Sama-sama membangun, tapi lebih nyata. Disini kita dibebaskan membangun rumah, dan menciptakan orang-orang yang disebut sims untuk tinggal didalamnya. Sims ini memiliki karakter dan kepribadiannya masing-masing. 

Rumah rancanganku sejak The Sims pertama.
Kita sebagai player bertugas membimbingnya untuk meningkatkan skill supaya dia dapat pekerjaan yang bagus. Awalnya aku terobsesi membuat dia menguasai segala macam skill, tapi simsnya keburu tua dan meninggal. Dari situ aku belajar bahwa "Kita dapat menguasai suatu kemampuan tapi tidak dalam segala hal." 

Terakhir, salah satu dari sedikit game balapan yang aku suka adalah Need for Speed Most Wanted. Mobil-mobil di game itu keren-keren, dan aku juga suka memodifikasinya. Namun satu hal yang membuatku benci adalah: aku terlalu sering kalah balapan.

NFS: Most Wanted 2005.
Aku berusaha sekuat tenaga mendapatkan poin agar bisa mengupgrade mesin agar lebih kencang lagi. Satu per satu balapan akhirnya aku menangkan, tapi lawanku lama kelamaan menjadi semakin sulit. 

Sampai akhirnya aku cheat uang, dan upgrade mesinnya sampai full semua. Hasilnya? Aku malah kesulitan mengendalikan mobil karena terlalu kencang, dan sensitif. Dari situ aku menyadari bahwa kekurangan justru akan menyempurnakan mobil.

Dengan mobil yang kurang cepat, aku bisa balapan drift dengan baik. Dengan mobil yang handlingnya tidak terlalu sensitif, aku bisa drag race dengan bagus. Intinya, kekurangan bisa menjadi kelebihan, asalkan kita tahu cara memanfaatkannya.


That's it, itulah dia pelajaran hidup yang aku petik dari sebuah game. Ngomong-ngomong kalau diingat, sepanjang 2017 ini aku belum satu pun menerbitkan artikel berbau perenungan, so ini bakal jadi yang pertama dan terakhir untuk tahun ini. Semoga tahun depan aku bisa posting lebih banyak dan lebih bermanfaat kita semua.

Wassalamualaikum..
Bryan Suryanto Blogger

Bryan Suryanto lahir di Tulungagung, Jawa Timur, pada tanggal 27 Februari 1995 silam. Ia mengaku sebagai introvert berkepribadian INFP yang suka menggambar dan bercita-cita menjadi komikus tapi selalu gagal. Namun, dari naskah komik yang gagal itulah akhirnya ia menyadari bahwa menulis adalah passion terbesarnya..

2 komentar:

  1. Akubaru sadar kalau mario borsh tujuannya buat nyelamatin putri. 😁😁

    BalasHapus
  2. The Sims : belajar jadi sutradara

    BalasHapus

Monggo meninggalkan komentar..