Persamaan antara Penulis dan Teko


Gambar: pixabay.com
Assalamualaikum. Aku masih ingat bahwa waktu belajar menulis dulu aku dinasihati tentang penulis itu diibaratkan seperti teko. Apapun yang tertuang dari dalamnya sangat bergantung pada apa yang mengisinya.

Jadi bisa dikatakan apa yang ditulis (yang dituang) oleh penulis adalah hasil dari apa yang dibaca (yang mengisi). Bila yang diisikan itu hal baik, maka yang tertuang pun juga akan baik. Begitu juga bila yang diisikan itu adalah hal buruk.

Kalau tidak bisa menuangkan apa-apa, itu mungkin karena tidak pernah diisi. Bagaimana caranya mengeluarkan isi dari sebuah teko yang kosong? Kecuali kita adalah pesulap.

Oleh karena itu banyak-banyaklah membaca. Bahkan bila kita tak bermaksud untuk menuangkannya, cepat atau lambat teko itu pun akan menumpahkan isinya sendiri bila sudah terlalu penuh.

Namun, ada juga pendapat yang sedikit berlawanan. Pendapat itu mengatakan bahwa jangan pilih-pilih dalam membaca. Katanya, bahkan buku yang buruk dan payah pun akan memberikan pelajaran tentang apa yang boleh atau tidak boleh ditiru.

Meskipun aku tidak sepenuhnya setuju dengan pendapat kedua, aku berkaca dari kegiatan bloggingku selama ini. Apa yang aku baca pasti akan tertuang di blog: Saat aku banyak membaca buku motivasi, yang tertuang adalah artikel motivasi; Saat banyak membaca artikel religius, maka itu pula yang tertuang.

Dan ketika aku menemukan artikel yang tidak nyaman dibaca, aku pun belajar tentang apa yang sebaiknya ditulis atau tidak ditulis. Walaupun pernah aku terlarut membaca artikel semacam itu dan malah ikut menjadi buruk. Yeah, kita harus tetap berhati-hati.

That's it. Artikel ini diketik sebagai pengingat untuk diri sendiri. Sebab selama ini aku hanya menyimpannya dalam ingatan. Semoga bermanfaat untuk teman-teman juga. 

Wassalamualaikum.
Bryan Suryanto Blogger

Bryan Suryanto lahir di Tulungagung, Jawa Timur, pada tanggal 27 Februari 1995 silam. Ia mengaku sebagai introvert berkepribadian INFP yang suka menggambar dan bercita-cita menjadi komikus tapi selalu gagal. Namun, dari naskah komik yang gagal itulah akhirnya ia menyadari bahwa menulis adalah passion terbesarnya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Monggo meninggalkan komentar..