Tentang Merendah Hati dalam Menggambar


Menggambar via www.youtube.com

Coba tebak, apa beda orang yang merendah hati dengan orang yang merendahkan diri? Orang bilang sama aja, padahal itu beda loh. Biar lebih jelas, simak aja contoh cerita dibawah ini.

A merasa terkagum-kagum melihat artwork B yang bagus sekali.

A: Artwork kamu bagus deh, beda sama artworkku yang masih belajar.. (jujur)

B yang merendah hati akan menjawab begini:

B: Thanks, aku juga masih belajar kok.. :)

A akan menanggapi jawaban B dengan:

A: Sama-sama, belajar bareng yuk..

B yang sombong, akan mencari alasan untuk menyombongkan diri. Contohnya begini:

B: Yeah, thanks, aku lagi gak mood karena galau, jadinya jelek kayak gini deh.. (padahal gambar itu udah terbaik yang dia buat)

A akan menanggapi jawaban sombong ini dengan:

A: Ya.. (dengan nada datar, karena merasa terejek)

Atau bisa juga B merendahkan dirinya dengan cara ini. Ia akan bilang:

B: Thankyou kakak.. Aku masih super duper bego bin tulul banget gambarnya, payah, blum bisa apa-apa nih.. (padahal itu gambar yang bagus)

A akan menanggapi jawaban rendah ini dengan jawaban yang lebih rendah karena, memang artworknya belum sebagus B. Jika tidak merendahkan, pernyataan A malah akan terkesan sombong:

A: Ah, nggak, aku lebih goblog, liat aja artworkku tuh..

Orang yang merendahkan dirinya tidak akan berhenti merendahkan dirinya. A akan merasa seakan dirinya sedang diejek oleh B..


Intinya, merendah hati hanya menghilangkan kesan sombong pada pernyataannya sendiri, tapi malah sering salah penggunaan. Merendah diri itu perlu, namun jangan sampai merendahkan diri. Selain karena memuakkan, merendahkan diri juga sama aja dengan mendoakan diri sendiri.

Semoga artikel ini dapat membantu kamu untuk menjadikan kamu lebih baik lagi..
Bryan Suryanto Blogger

Bryan Suryanto lahir di Tulungagung, Jawa Timur, pada tanggal 27 Februari 1995 silam. Ia mengaku sebagai introvert berkepribadian INFP yang suka menggambar dan bercita-cita menjadi komikus tapi selalu gagal. Namun, dari naskah komik yang gagal itulah akhirnya ia menyadari bahwa menulis adalah passion terbesarnya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Monggo meninggalkan komentar..